
KIBLAT.NET, Jakarta – Kejadian bom Sarinah pada Kamis (14/01) lalu
menyisakan beberapa kejanggalan yang terbilang konyol. Kejanggalan
tersebut di antaranya diungkap oleh seorang pengamat intelijen, Jhon
Mumphi yang mengatakan bahwa baru kali ini ada serangan teroris di
tempat terbuka.
“Sebelum tahun 65 itu pemberontakan militer di PII, Permesta, itu
pemberontaan militer bersenjata. Setelah 65, masuklah era Orde Baru
kemudian ada DI/TII yang akan menegakkan syariat Islam tapi berhasil
dieliminir, aksinya selalu bom dan tertutup, tidak terbuka. Nah, sejak
1965 sampai 2016, baru kali ini ada pola operasi terbuka,” katanya dalam
acara diskusi publik dengan topik “Kejanggalan dan Penanganan Bom
Sarinah” di Jakarta, Selasa (19/01).
a menilai, kacaunya penanganan Bom Sarinah dikarenakan tidak mengacu
pada satu sumber. “Polri mengatakan, ini ada berita hoax, ada yang
mengacaukan. Lho, yang mengacaukan siapa, ternyata polisi sendiri.
Kapolri ngomong lain, Kapolda ngomong, Kabin, Humas, sampai polisi
ganteng masuk Metro TV. Lho, kacau operasi intelijen,” tambahnya.
Kemudian, lanjutnya, Sangaji -polisi yang menembak pelaku- mengatakan
kebetulan berada di kafe Walnut bersama Densus 88. “Lho, kalau begitu
sudah tau dong. Harusnya operasi kayak gini nggak boleh diungkap,
ternyata yang mengungkap dia sendiri, terus dituduh orang lain,”
ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa ada polisi yang menembak dengan dua puluh dua
peluru, tapi yang kena hanya dua orang. “Noh kan dia membuka kebodohan
dia sendiri. Beda dengan kasus cebongan, satu nyawa satu peluru,”
Tuturnya.
Dan dari tahun 2000 sampai sekarang, operasi terorisme tak berubah.
“Selalu meninggalkan jejak VCD dan buku jihad, kabel, terus tulisan
baru, rumah kontrakan 3 bulan paling lama, selalu dari tahun 2000 sampai
sekarang itu. Terus usahanya apa, pijet refleksi, bekam, jual herbal,
bahkan terakhir si Bahrun Naim katanya warnet,” ulasnya disambut tawa
audien yang terlihat memenuhi ruangan.
Jhon mengatakan bahwa berita Sarinah ini sudah milik publik dan hanya
menimbulkan dampak negatif. “Nggak ada keuntungan sama sekali, baik
untuk Polri, untuk masyarakat, dan untuk dunia,” pungkasnya.
Reporter: Taufiq Ishak
Editor: M. Rudy
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar